Edukasimedia.com- Belakangan ini sering sekali ramai di media sosial X soal keresahan para pemerhati sastra. Ada semacam gejala destruktif yang terjadi pada orang muda dan remaja saat ini sehubungan dengan sastra.
Ada kecenderungan kesukaan orang muda membaca sastra Wattpad atau aplikasi novel daring lainnya. Namun, bukan itu persoalannya, melainkan isi novel-novel yang tersedia di aplikasi penyedia novel daring itu.
Isi dari novel-novel daring itu lebih banyak diisi dengan konten yang jauh di luar nalar akal sehat. Sastra memang hasil dari imajinasi, juga harus melampaui realitas, tapi realitas yang dibangun di sastra Wattpad dan lainnya hanya akan menyumbang destruktivitas peradaban.
Jadi, untuk mendukung kemajuan peradaban maka sebaiknya kita kembalikan sastra ke tempat yang adiluhung.
Berikut 3 rekomendasi novel karya Kuntowijoyo yang bisa membantu kamu memahami dinamika sosial pedesaan:
#1. Pasar
Novel Pasar karya Kuntowijoyo pertama kali diterbitkan pada tahun 1972. Karya sastra ini termasuk dalam kategori novel sosiologis-historis, yang menggambarkan perubahan sosial masyarakat agraris Jawa pada akhir tahun 1960-an.
Fokus cerita dari novel ini adalah tentang pewarisan nilai-nilai Jawa tradisional dipadukan dengan konflik-konflik khas pedesaan. Melalui tokoh mantri pasar, tukang karcis, pedagang, dan pegawai bank, cerita itu terasa hidup dan mampu menyajikan rekaan perubahan sosial di pedesaan.
Membaca novel ini akan memberimu gambaran bagaimana setiap karakter memiliki nilai yang berbeda. Begitu pula soal bagaimana nilai itu mempengaruhi setiap tindakan dan pilihan sikap dalam merespons tiap persoalan.
#2. Waspirin dan Satinah
Novel Waspirin dan Satinah pertama kali diterbitkan pada tahun 2003. Novel tersebut memberi warna baru pada sudut pandang mengenai rekonstruksi realitas sosial dan politik masa Orde Baru yang saat itu masih lumayan tabu.
Novel ini berlatar pedesaan pesisir dari Jakarta hingga Semarang. Waspirin yang tumbuh di Jakarta bersama ibu angkat kemudian merantau ke Semarang, ke desa di sekitar pesisir untuk menemukan ibu kandungnya.
Di sinilah mulainya kerumitan dinamika sosial di pedesaan ditampilkan. Lewat karyanya ini, Kuntowijoyo mencoba menggambarkan alam pikir bangsa ini; mulai dari tingkat paling bawah hingga birokrasi di tingkat paling atas. Sebuah alam pikir irasional, sesuatu yang khas sekaligus menjadi persoalan besar bangsa yang bernama Indonesia
#3. Mantra Penjinak Ular
Dilansir dari Goodreads, Novel ini bersetting Jawa kental dengan perpaduan budaya Jawa dan Islam. Tokoh Abu Kasan Sapari tumbuh dalam suatu proses dialektika dengan zamannya ketika “Bumi Gonjang-Ganjing, Langit Megap-Megap”.
Sebagai pegawai di sebuah kecamatan di kaki Gunung Lawu, Jawa Tengah, Abu berkesempatan tampil sebagai saksi sejarah menjelang tumbangnya kejayaan sebuah orde yang kemaruk: Orde Baru! Sampai akhirnya tanda-tanda zaman itu muncul, isyarat bahwa pemerintah yang tengah berkuasa akan segera ambruk.
Lalu, pada suatu malam di musim kemarau, hujan lebat-oleh masyarakat dinamakan hujan salah musim-itu datang disertai angin ribut.
“Pagi hari, hujan dan angin reda. Orang-orang keluar ke terminal. Beringin itu tumbang! Pohon yang selama ini tegak menghadapi musim hujan dan angin itu terbujur, akar-akarnya mencuat di atas tanah….”
Jadi, itulah 3 karya sastra yang akan mengantarmu pada pemahaman yang baik mengenai dinamika sosial pedesaan. Sehingga sastra kembali memberikan kontribusinya dalam kemajuan peradaban.
Baca Juga Puncak Badai Matahari 2025, Bagaimana Efeknya Terhadap Bumi dan Manusia?
Leave a comment